{ads}

6/recent/ticker-posts

Adab Berkumpul di Hari Lebaran


Meja makan penuh makanan
Ilustrasi (Foto:iStock)
Lebaran tinggal menghitung hari. Momentum langka yang sifatnya tahunan ini selalu dinanti umat Islam. Diantara bentuk kebahagiaan di hari raya adalah momen kumpul keluarga besar yang menjadi wasilah saling berjumpa antar keluarga yang terkendala jarak dan waktu. Oleh karena itu, momen kumpul keluarga hendaklah tidak dirusak dengan hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu upaya agar kumpul keluarga berjalan khidmat adalah senantiasa memperhatikan adab.

Adab Kumpul Keluarga

Berikut ini adab-adab penting ketika berkumpul dengan keluarga.

1. Menghindari Kepo Berlebihan

Yang dimaksud kepo di sini adalah yang sifatnya berlebihan yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman. Apalagi jika disertai cara berbicara dan gestur yang menyakiti orang lain. Hal ini bahkan menjadi bahan perhatian syariat Islam, sebagaimana diriwayatkan Bukhari dalam Adab Al-Mufrad, dari Mujahid (seorang ulama tabi'in), ia mengatakan, "Termasuk akhlak buruk yang tidak disukai ketika seseorang menatap tajam orang lain, memandangi orang yang beranjak pergi dan bertanya dari mana, kemana.." (Lihat Adab al-Mufrad nomor 771).
Pandai-pandailah mengukur pertanyaan yang hendak dilontarkan, agar tidak menyinggung dan menyakiti. Semisal bertanya: kok belum hamil ya? Kok belum lulus kuliah? Kok sudah lulus belum kerja? Dan pertanyaan lain yang semisalnya. Hal ini tentu tidak sama dengan pertanyaan sebagai wujud rasa peduli dan berbuat kebaikan.

2. Menghindari Iri Dengki

Tanda hati seseorang berpenyakit adalah apabila tidak menyenangi kebahagiaan yang didapatkan oleh orang lain. Tidak semestinya hati seseorang panas dan tidak senang, apalagi menyangkut kebahagiaan yang diperoleh saudara yang bahkan satu darah dan satu garis keturunan. Apabila timbul rasa tidak senang, maka segeralah beristigfar dan memohon kepada Allah Swt. agar dijauhkan dari sifat dengki.

3. Berlaku Adil

Setiap satu keluarga yang berkumpul tentu memiliki garis takdir yang berbeda-beda. Di sinilah keadilan seseorang itu diuji. Realitanya seringkali keluarga dengan ekonomi tinggi lebih dihormati. Padahal semua orang memiliki hak yang sama. Contoh lainnya ketika orang tua berbeda sikap antara anak yang satu dengan yang lain, atau nenek kakek kepada cucu yang satu dengan yang lain, dan seterusnya. Semua orang berhak berbahagia di hari raya dan sikap membeda-bedakan hanya akan menaruh luka dan menodai esensi dari silaturahmi yang seharusnya semakin menguatkan ikatan kekeluargaan.

4. Momentum Meminta Maaf dan Memaafkan

Budaya bermaaf-maafan perlu dilakukan dengan penuh kesadaran dan ketulusan, bukan dilakukan hanya sekedar sebagai ritual tahunan. Apabila di hari lebaran masih ada yang belum saling berdamai, mungkin karena bermaaf-maafan tidak dilakukan dari hati dan hanya menganggapnya sebagai ritual periodik.

Meluruskan Niat

Yang paling penting pada saat berkumpul keluarga adalah meluruskan niat. Niat adalah apa yang tersembunyi dalam hati dan tidak diketahui oleh manusia. Buang jauh sifat sombong, pamer, iri dengki, dan sifat tercela lainnya.
Menjelang lebaran tiba, mari meluruskan niat untuk menyambut hari raya murni karena ibadah semata. Semua umat Islam berhak berbahagia merayakan hari raya.

Jika tidak bisa membahagiakan, minimal memberi kesan kebaikan, meski hanya berupa wajah berseri. Dan lebih baik lagi agar momentum lebaran tidak sampai menorehkan luka di hati sehingga merusak nilai silaturahmi.

Posting Komentar

0 Komentar