{ads}

6/recent/ticker-posts

Materi Ceramah: Menghindari Sifat Hasad

 

Ilustrasi seseorang yang sedang membicarakan temannya karena iri dengki dan hasad
Ilustrasi (Foto: Freepik)


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Ash-shalatu was salamu 'ala rasulillah wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in. Amma ba'du.

Hadirin yang dirahmati Allah..
Diantara penyakit hati yang harus dihindari umat Islam adalah hasad. Apa itu hasad? Yaitu sifat iri dengki. Merasa iri dengan yang orang lain miliki, tidak suka dengan kebahagiaan yang dirasakan orang lain, tidak senang orang lain mendapatkan nikmat, itulah ciri-ciri hasad.

Hasad: dosa pertama yang terjadi di langit dan bumi

Hadirin rahimahukumullah..
Perlu diketahui bahwa dosa pertama yang terjadi di langit adalah hasad. Motif iblis menolak sujud kepada nabi Adam karena ada kedengkian dalam hatinya. Iblis tidak terima dengan cara Allah memuliakan nabi Adam. Dan sifat dengki ini merembet pada sikap sombong, merasa lebih baik dari nabi Adam, dan kejahatan-kejahatan lainnya.

Tak hanya di langit. Dosa pertama yang terjadi di muka bumi pun adalah hasad. Hasad inilah yang menimpa Qabil yang iri hati pada saudaranya yang bernama Habil. Motif iri hati ini merembet hingga sampai terjadi pembunuhan.
Di sinilah ngerinya hasad. Wajar saja Rasulullah menyuruh kita waspada dari sifat ini. Sifat ini benar-bener merembet ke dosa-dosa selanjutnya. Sifatnya yang memicu banyak dosa inilah yang menyebabkan sifat ini berbahaya. Bahkan kata Rasul, dapat menghanguskan amal baik seseorang.

Bahaya hasad

Hadirin, sifat hasad ini sangatlah berbahaya. Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَ الْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارَ الْحَطَبَ

"Hati-hatilah kalian dari sifat hasad. Sesungguhnya hasad dapat menghilangkan  kebaikan seperti api memakan kayu bakar." (HR. Abu Daud no. 4257).

Bayangkan cara kerja kayu yang dibakar, sedikit demi sedikit api senantiasa melahapnya. Begitupun sifat hasad, ketika ia bersarang dalam hati, maka hatinya selalu merasa sesak dan sempit, bahkan memicu kezaliman berupa menjelek-jelekan orang lain hingga mengajak orang lain untuk ikut menjelek-jelekkan dan merendahkan kehormatannya. Oleh karena itu, hasad berbahaya karena memicu kebencian dan permusuhan yang berkelanjutan.

Selain itu, hasad membuat seseorang tidak puas dengan nikmat Allah. Keburukan-keburukan itulah yang menyebabkan kebaikan seseorang dapat hangus karena memicu banyak sekali dosa sehingga terhalanglah keberkahan dalam hidupnya.

Hasad yang dibolehkan

Satu sisi, kita semua tahu bahwa hasad atau iri dengki itu dosa. Namun sudah tahukah bahwa terdapat hadis-hadis Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam yang mengabarkan adanya hasad yang dibolehkan.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Artinya: “Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori no. 73 dan Muslim no. 816)

Dalam hadis lainnya:

عن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي ﷺ قال :  لا حسد إلا في اثنتين رجل آتاه الله القرآن فهو يقوم به آناء الليل وآناء النهار ورجل آتاه الله مالاً فهو ينفقه آناء الليل وآناء النهار
أخرجه البخاري (6 /236)

Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhuma dari nabi shalallahu 'alaihi wasalam bersabda: tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang Allah beri karunia alquran lalu ia membacanya siang malam; dan seseorang yang Allah karuniai harta lalu menginfakannya siang malam. (HR. Bukhari: 6/236).
Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa iri yang memicu kita untuk semangat beribadah dan beramal baik itu dibolehkan. Merasa iri dengan disertai fastabiqul khairat atau saling berlomba dalam kebaikan, justru menjadi penyemangat untuk menambah dan meningkatkan amal baik.
Berbeda dengan hasad yang haram, hasad yang diperbolehkan atau disebut ghibtah memiliki definisi dan efek yang berbeda.
Bila hasad adalah kecemburuan dengan kebahagiaan orang lain, maka ghibtah adalah kecemburuan terhadap amal shaleh orang lain.
Artinya, dalam hadis ini lafadz hasad bukanlah lafaz hakiki, sebab maksud dari dibolehkannya pun adalah agar seseorang termotivasi beramal saleh. Oleh karena itu, hasad yang dibolehkan tadi hanya sebagai majaz saja, tetapi maksudnya adalah ghibtah.
Rasulullah sampai membolehkan cemburu dengan orang-orang di atas saking utamanya amalan tersebut dan agar kita termotivasi untuk berlomba dalam amal kesalehan tadi. Namun sayangnya, hasad semacam ini sangat langka.

Kisah seseorang yang dijamin surga karena bersih dari sifat hasad

Ada banyak jalan menuju surga, salah satunya berlindung diri dari sifat ini. Tidak termotivasikah kita dengan sebuah hadis, di dalamnya terdapat kabar dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bahwa si fulan adalah penghuni surga. Salah satu sahabat Rasulullah penasaran dan menginap di rumah orang itu.

Dan ketika salah satu sahabat Rasul menginap di rumah si fulan tersebut selama tiga hari lamanya, tidak ia temui amalan yang spesial, amalannya biasa saja. Ibadahnya pun biasa saja. Karena penasaran, iapun bertanya langsung mengenai amalan apa yang membuatnya dijamin surga.

Sahabat pun mulai paham dan terpukau saat orang itu menjawab bahwa memang ia tidak memiliki ibadah yang istimewa yang sejajar dengan para sahabat Rasul. Tapi ia menjelaskan bahwa dirinya berlepas diri dari sifat hasad.

Sahabat itupun takjub karena menghilangkan sifat ini bukanlah hal yang mudah.
"Oh ternyata ini rahasianya. Karena tidak semua orang bisa melakukannya." Begitu kata sahabat Rasulullah dengan penuh kagum.

Cara mencegah hasad

Hadirin rahimakumullah..
Hasad adalah merasa tidak suka dengan kenikmatan yang diperoleh orang lain. Ini adalah sifat yang berbahaya, sebab bila tetap dirawat maka akan memicu dosa-dosa berikutnya.

Pangkal kejahatan menurut Hasan al-Bashri salah satunya adalah hasad. 
Itulah sebabnya hasad dapat menghanguskan seluruh kebaikan. Lihatlah bagaimana hasad sebagai asal muasal yang  menggerogoti hati Qabil terhadap Habil yang berujung pembunuhan.

Lalu bagaimana cara mencegahnya?

Memang sulit sekali cara menjauh dari sifat ini. Menurut Syaikh Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab Majmu Fatawa, hasad itu adalah semacam penyakit hati yang biasa muncul di setiap hati manusia. Sedikit sekali manusia yang bersih dari sifat ini. Itulah sebabnya tidak ada manusia yang benar-benar terbebas dari sifat ini. Adapun orang yang buruk akan menunjukannya, sedangkan orang baik akan menyembunyikannya.

Maksud seseorang yang buruk menunjukannya adalah karena bisa melakukan berbagai cara apabila hasad terus menjamur di hatinya.  Sedangkan maksud seorang baik menyembunyikannya adalah tidak membiarkan sifat ini menguasai dirinya. 
Berusaha menghilangkan sifat ini minimal dengan cara menyembunyikannya dan tidak membiarkan sifat ini bersarang. Kemudian berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar sifat tersebut dihilangkan.
Diantara doa yang bagus diamalkan ada dalam surah al-Hasyr ayat 10:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
"Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”

Demikian yang bisa disampaikan. Semoga Allah mengampuni dan melindungi kita semua dari sifat hasad.
Akhiru kalam.
Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Posting Komentar

0 Komentar